DAPAT BONUS AKHIR TAHUN? JANGAN BIARKAN BERLALU TANPA KESAN
Bagi
kamu yang kerja kantoran dan
berkinerja baik, menyambut pergantian tahun berarti juga harap-harap cemas menunggu untuk
mendapatkan bonus dalam rangka penghargaan oleh perusahaan atas prestasi kamu bekerja selama setahun penuh. Meskipun
terdengar menarik, namun kamu harus tetap berhati-hati dalam mengelola bonus
tahunanmu lho! Jangan biarkan diri
kamu memperlakukan bonus ini seperi uang kaget, yaitu langsung nggak bisa menahan diri untuk beli ini-itu
yang nggak terlalu penting atau
mungkin nggak penting sama sekali.
Nggak mau, dong, uang bonus yang
kamu dapatkan tadi berasa seperti seperti angin yang bertiup alias cuma
‘mampir’? Nggak toh.
Menurut Richard Thaler (pemenang hadiah nobel tahun 2017
di bidang ekonomi), kebanyakan orang sering terkena bias mental accounting. Mental Accounting adalah upaya seseorang
untuk mendeskripsikan proses, mengkodifikasi, mengkategorisasi dan mengevaluasi
aktivitas keuangannya. Hasilnya adalah seseorang dapat memperlakukan sejumlah
uang dengan cara yang berbeda, apabila ia sudah memisahkannya ke dalam
kategori-kategori tertentu.
Untuk memahami apa itu Mental Accounting, mari simak 2 kasus
berikut ini:
Bayangkan jika kamu punya uang Rp.100.000,-
dan ingin menonton film favoritmu di bioskop dengan harga tiketnya Rp.40.000,-
Kasus I: kamu sudah membeli tiket tersebut
sebesar Rp.40.000,- maka uang yang tersisa di kantong celanamu adalah Rp.60.000,-
lalu tiba-tiba tiketmu hilang sehingga kamu tidak bisa menonton film tersebut.
Maka kemungkinan besar kamu tidak akan membeli ulang tiket tersebut, karena
asumsi kamu jika kamu membeli ulang tiket tersebut maka harga tiket tersebut
seolah-olah Rp.80.000,-
Kasus II: ketika kamu hendak membeli tiket
tersebut, kamu sadar bahwa uangmu telah hilang Rp.40.000,- dari kantong
celanamu, sehingga uangmu sisa Rp.60.000,- maka kamu tetap membeli tiket
tersebut karena kamu beranggapan bahwa uang yang hilang tersebut tidak ada
kaitannya dengan penganggaran/ pengalokasian beli tiket film sebesar Rp.40.000,-
Keadaan-keadaan
seperti kondisi pertama dimana tiket tersebut hilang, dapat mengakibatkan timbulnya
the pain of buying untuk membeli
tiket yang baru, sehingga kamu enggan
mengeluarkan uang lebih karena kamu telah menempatkan sejumlah uang tersebut
pada suatu ‘pos’ tertentu dalam benakmu sebelumnya. Dalam keadaan seperti ini, mental accounting baik digunakan untuk
memicu self control dalam hal
pengelolaan keuangan.
Meskipun
terlihat rasional, ternyata kadang kategori yang dibuat dalam benak manusia ini
bisa menjadi bias dan menyesatkan. Contohnya dalam kasus menerima unexpected money seperti uang BONUS, sebagian besar manusia memiliki
tendensi untuk membelanjakannya dan menikmatinya saat itu juga, terlebih untuk
membeli barang-barang yang umumnya tidak dapat mereka beli dengan pendapatan
rutin/ bulanan. Misalnya, untuk berbelanja pakaian bermerek, pergi liburan
mewah, membeli gadget keluaran terbaru,
mentraktir teman, dan lain sebagainya.
Mengapa
bisa demikian? Karena manusia memiliki anggapan dalam benak mereka bahwa uang
tersebut merupakan sebuah “hadiah”, karena berada terletak di luar pendapatan rutin
yang seharusnya mereka terima. Sehingga cenderung timbul keinginan dari benar
manusia untuk menggunakannya dengan cara yang “spesial”.
Sebenarnya,
menggunakan uang bonus untuk membeli suatu keginan memang tidak menjadi masalah
bila kamu memang sudah mengalokasikan dananya terlebih dahulu, dengan catatan:
jangan berelebihan! Namun, akan lebih baik jika kamu menyikapi uangmu dengan
cara menyusun skala prioritas. Coba cermati tulisan di bawah ini. Sadari bahwa
akan lebih bijak jika kamu menggunakan uang bonusmu dengan mengingat “TKI”, yaitu lunasi Tagihan, dahulukan Kebutuhan,
dan Investasi, dengan penjelasan
sebagai berikut:
1. Melunasi
tagihan.
Jika kamu mencicil suatu
barang dan/ atau jasa menggunakan kartu kredit, bukankah lebih baik uang
bonusmu digunakan untuk melunasi utangmu? Semakin cepat lunas , semakin cepat
lega. Sebaliknya, sebagian besar orang lebih memilih untuk menyicil setiap
bulan dengan bunga kartu kredit yang cukup besar. Bayangkan saja, jika bunga
kartu kreditmu adalah 2%-3% per bulan, maka kamu harus membayar bunga sebesar
24%-36% per tahun!
2. Mendahulukan
kebutuhan.
Selalu ingat rumus
“Kebutuhan > Keinginan”!
Tapi, apa sih bedanya kebutuhan dan keinginan? Kebutuhan
harus ada untuk melanjutkan keberlangsungan hidupmu, seperti: makanan dan
transportasi. Berbeda dengan kebutuhan, keinginan yang tidak dipenuhi tidak
akan mengganggu keberlangsungan hidupmu, misalnyatas bermerek, gadget baru, dan lain sebagainya. Ada
berbagai cara agar kamu tidak tergoda untuk memenuhi keinginan, misalnya
hindari cuci mata di mall agar tidak tergoda untuk berbelanja, atau jangan
sering nongkrong di café agar tidak tergoda untuk banyak
jajan.
3. Investasi
Selalu alokasikan dana
untuk berinvestasi. Sudah tahu kan,
dengan adanya inflasi, menabung saja menjadi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan di masa depan. Barang yang memiliki harga Rp100.000,- hari ini, bisa saja berharga
Rp200.000 dalam jangka waktu 5 tahun ke depan.
Selain
mengelola uang bonus dengan bijak, ada baiknya jika kamu mengikuti tips berikut
agar terhindar dari jebakan bias mental
accounting:
1. Jika kamu punya tujuan keuangan jangka
panjang, maka tentukan pencapaiannya secara periodik (misalnya bulanan), dengan
cara tersebut maka kamu bisa kontrol apakah rencanamu sesuai dengan tindakanmu
demi mencapai tujuan keuanganmu.
2. Catat semua pengeluaranmu sehingga kamu bisa
melakukan refleksi diri terhadap sikapmu dalam mengelola keuangan. Lebih simple dengan menggunakan fitur Rencana Keuangan pada aplikasi Sikapi
Uangmu yang bisa diunduh secara free
melalui App Store dan Play Store!
Jika
disertai dengan niat, semua keinginan pasti bisa tercapai. Ingin hidupmu terus
tenang dan bahagia? Sikapi uangmu dengan bijak. Cerdas mengelola, masa depan
sejahtera!