INVESTASI SAHAM JUGA HARUS PUNYA STRATEGI DONG! YUK, BAGI INVESTOR PEMULA SIMAK ARTIKEL BERIKUT INI!
INVESTASI SAHAM JUGA HARUS PUNYA STRATEGI DONG!
YUK, BAGI INVESTOR PEMULA SIMAK ARTIKEL BERIKUT INI!
Menurut polling yang diadakan
oleh New Harris melalui sebuah aplikasi bernama Stash, hampir 80% generasi
milenial tidak melakukan kegiatan investasi di pasar saham loh, Sobat Sikapi! Kenapa begitu? Hal ini dikarenakan 34% anak muda
mengatakan sulitnya memahami cara kerja investasi saham.
Padahal, pembuatan rekening
saham dan dana yang harus dikeluarkan untuk dapat berinvestasi cenderung mudah
dan murah. Di Indonesia sendiri, terdapat 84,75 juta jiwa dari total penduduk merupakan
kelompok usia produktif atau generasi Y, yang sekarang ini lebih dikenal dengan
istilah generasi milenial, Sobat Sikapi.
Pengetahuan awal mengenai dunia investasi saham, bisa dimulai dari
pengetahuan dasar, yaitu kapan harus membeli dan kapan harus menjual saham. Di
artikel kali ini, kita akan mengupas mengenai strategi membeli dan menjual
saham, tentu saja termasuk strategi penting mitigasi risiko kerugian dalam investasi
saham. Langsung aja, mari kita simak yuk! J
Pertama, kapan waktu yang tepat untuk membeli saham? Nah, terkait waktu yang tepat ini sebenarnya bisa dilihat dari dua
hal yaitu berdasarkan analisis fundamental dan teknikal, Sobat Sikapi. Analisis
fundamental itu mengacu pada analisa melalui pendekatan kondisi ekonomi,
politik, atau bahkan melihat tren perkembangan usaha yang ada. Analisis ini salah
satunya bisa dilihat dari laporan keuangan, Sobat Sikapi.
Sementara analisa teknikal, merupakan analisa saham melalui pendekatan
pergerakan saham itu sendiri pada suatu rentang waktu, termasuk didalamnya
adalah harga dan fluktuasinya, serta informasi mengenai titik tertinggi dan
terendah dari suatu saham. Perlu diingat ya Sobat Sikapi, harga disini bukan
semata-mata harga yang murah ya, tapi harga saham dari perusahaan yang pantas
untuk dibeli.
Selanjutnya, terdapat hal-hal yang perlu kita perhatikan sebelum membeli
saham antara lain adalah profil dan tingkat likuiditas perusahaan, fluktuasi di
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tren market,
Return of Equity (ROE) atau laba dari
investasi pemegang saham di perusahaan tersebut, sales atau penjualan, dan Earning
per Share (EPS) Growth.
Sobat Sikapi, tentunya selain memperhatikan poin-poin penting di atas,
strategi juga menjadi salah satu hal penting. Terdapat 3 strategi dalam membeli
saham yaitu:
1.
Buy On Weakness yaitu membeli ketika harga saham
sudah turun ke level tertentu yang aman untuk dibeli.
2.
Buy If/On Breakout yaitu membeli ketika harga saham
berhasil menembus level tertentu atau naik menembus resistance (level tertingginya).
3.
Buy on Retracement yaitu membeli saham setelah terjadi breakout atau harga bawah. Saham yang
berhasil breakout pada umumnya akan
langsung mengalami kenaikan yang kencang,
Sekarang, kita juga harus tahu dong, kapan waktu yang tepat untuk menjual
saham yang kita miliki. Waktu yang tepat dalam menentukan saat untuk menjual
saham adalah tentunya ketika harga sedang naik atau disebut juga profit taking, Sobat Sikapi. Tapi,
bagaimana kalau harga turun? Nah, waktu
yang tepat untuk menjual saham yaitu salah satunya adalah dengan menetapkan cut loss.
Cut Loss adalah istilah
yang digunakan ketika kita menjual saham pada harga yang lebih rendah dari
harga belinya, sehingga kita mengalami kerugian (loss). Keberadaan cut loss ini
bukan untuk merealisasikan kerugian loh,
Sobat Sikapi! Tapi justru untuk mencegah kerugian yang lebih besar lagi ketika harga
saham yang kamu pegang terus menurun.
Misalnya, ketika kamu telah menentukan
batasan cut loss di angka 5% atau 7%,
maka ketika kerugian sudah mencapai
kisaran angka tersebut, kamu dapat langsung menjual saham yang kamu punya,
Sobat Sikapi.
Cut loss sendiri
dianjurkan untuk dilaksanakan oleh para investor
dan trader guna menjaga modal yang
dimiliki, Sobat Sikapi. Waktu untuk melaksanakan cut loss pun berbeda-beda, tergantung dari posisi kamu; apakah sebagai trader atau investor.
Buat kamu-kamu yang merupakan trader aktif, jika saham yang kamu
pegang akan turun terus, maka lebih baik untuk segera melakukan cut loss segera, Sobat Sikapi. Kuncinya
disini adalah dengan berupaya mengetahui arah pergerakan saham tersebut, apakah
akan naik, turun, atau sideways dalam
kurun waktu kurang dari satu tahun atau kurang dari beberapa bulan tergantung
dari jangka waktu trading kamu.
Buat kalian yang posisinya sebagai
Investor, maka cut loss bisa dilakukan ketika terjadi
perubahan yang fundamental yang bisa dilihat dari kinerja fundamental
perusahaan. Beberapa hal bisa dijadikan alasan mengapa kamu harus melakukan cut loss yaitu antara lain ketika adanya
berita buruk terkait perusahaan yang bersangkutan dan atau jika terjadi
penurunan IHSG.
Ada dua cara yang dapat
dijadikan patokan dalam menentukan titik cut
loss sebuah saham, Sobat Sikapi, yaitu berdasarkan harga beli dan
berdasarkan titik support. Titik support sendiri merupakan tingkat atau
area harga yang diyakini sebagai titik terendah, Sobat Sikapi.
Apabila berdasarkan harga beli
kamu sudah menetapkan batas cut loss sejak
awal sebesar 5% atau 7% seperti yang dicontohkan tadi, cara ini dianggap kurang
fleksibel karena tidak mempertimbangkan prospek pergerakan harga saham ke
depannya.
Sementara lain halnya dengan
patokan berdasarkan titik support,
batasan cut loss bisa ditetapkan
dengan melihat rekomendasi saham harian yang biasanya dikirimkan oleh
sekuritas. Biasanya dituliskan dengan judul “Cut Loss If”. Cara ini dinilai lebih fleksibel karena mengikuti
pergerakan naik dan turunnya harga saham tanpa menetapkan terlebih dahulu.
Perlu diingat, semua jenis investasi,
pasti memiliki risiko. Namun, seperti perkataan dari Warren Buffet, “Risk comes from not knowing what you are
doing.” atau risiko datang ketika kamu tidak mengetahui apa yang kamu lakukan.
Pahami jenis investasinya dan cara kerjanya, Sobat Sikapi. Dari hal tersebut
kamu akan mengerti apa yang harus kamu lakukan dan bisa mengurangi atau bahkan
menghindari kerugian!