GURU - SAATNYA MENJADI PAHLAWAN LITERASI KEUANGAN
Hari Pahlawan adalah momen
mengenang pertempuran di Surabaya pada 10 November 1945, hari yang mengawali
bangkitnya perlawanan, dari medan tempur hingga ke meja runding, melawan
penjajah yang hendak kembali bercokol di tanah air.
Setelah 71 tahun, kita tiba di
hari ini, masa mengisi kemerdekaan dengan mengejar tujuan kita bernegara, salah
satunya untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pertempuran masa ini tidak lagi melawan penjajah, namun melawan kemiskinan
karena tidak dapat mengelola keuangan dengan baik dan tidak melek keuangan.
Agar percaya diri dalam
menggunakan produk dan jasa keuangan, tentunya harus didahului dengan pemahaman
alias literasi keuangan yang baik. Lebih spesial lagi, kita juga memperingati
Hari Guru Nasional setiap tanggal 25 November. Sehingga tepat sekali apabila
guru juga kita berikan penghormatan spesial sebagai pahlawan bangsa di tahun
2016 ini.
Generasi muda sebagai punggung
bangsa perlu bangkit untuk menjadi kreatif, kritis dan terbiasa menentukan
tujuan keuangannya sendiri serta mahir menyusun perencanaan keuangannya, bisa
memanfaatkan pengetahuannya tentang perbankan, pasar modal, perasuransian,
lembaga pembiayaan, dana pensiun, industri jasa keuangan syariah hingga lembaga
jasa keuangan lainnya dalam menyejahterakan diri dan lingkungannya.
Di tengah kompetisi global dan
inovasi produk dan jasa keuangan yang berkembang pesat, generasi muda perlu
melek keuangan. Di sinilah betapa krusial peran guru, sang pahlawan tanpa tanda
jasa. Sejak tahun 2014 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dibantu mitra kelompok
kerja yang beranggotakan praktisi dari industri maupun akademisi telah
bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyusun buku
edukasi keuangan dari tingkat SD, SMP. SMA sehingga para guru dibekali
pengetahuan yang cukup untuk mengajarkan materi literasi keuangan bagi
siswanya.
Semua materi buku tersebut dapat
diperoleh secara gratis dengan mengunduh versi soft file dari minisite
Sikapiuangmu (http://sikapiuangmu.ojk.go.id). Dengan
begitu, guru dan murid bisa menyimpan materi di komputer atau telepon pintar
masing-masing.
Selain bekerjasama dengan dinas
pendidikan di berbagai daerah dalam pendistribusian buku, OJK juga mendorong
Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk turut berperan dalam menyebarkan buku-buku
tersebut ke berbagai wilayah. Pada prinsipnya siapa pun boleh mencetak maupun
membuat salinan buku-buku tersebut, selama tidak untuk dijual.
Agar para guru dapat lebih fasih
menggunakan materi-materi literasi keuangan dalam proses belajar, OJK juga
secara berkala menggelar kegiatan training of trainers bagi para guru di
berbagai wilayah Indonesia untuk setiap jenjang pendidikan, sesuai dengan buku
yang diterbitkan. Selain agar lebih menguasai materi dan menyampaikannya di
kelas, diharapkan guru yang telah menjadi peserta training dapat
memberikan efek getuk-tular bagi guru lain di lingkungannya.
Proses monitoring dan evaluasi
pemanfaatan juga telah dilakukan terhadap para guru, baik dengan kunjungan
langsung ke sekolah ataupun mengundang para guru untuk dimintai masukan. OJK
tentunya sangat mengapresiasi guru yang telah menggunakan bahkan menyampaikan
masukan atas buku tersebut.
Di samping sebagai pemandu dalam
transfer pengetahuan literasi keuangan, apresiasi juga diberikan bagi para guru
yang sekaligus berperan langsung meningkatkan inklusi keuangan dengan menjadi
agen Laku Pandai (Layanan Keuangan Tanpa Kantor Dalam
Rangka Keuangan Inklusif). Program Laku Pandai membuat bank-bank bisa memiliki
agen-agen yang menjadi perpanjangan tangan bank ke berbagai pelosok wilayah
untuk layanan seperti rekening tabungan, asuransi mikro, dan pengiriman uang.
Salah satu panutan pahlawan
literasi keuangan itu misalnya adalah Abdul Kader Drakel, guru di SD Inpres
Lengkong Liang di Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah,
seperti ditulis Kantor Berita Antara. Bila pagi hingga siang dia mengajar di
sekolah, sedangkan sepulangnya hingga malam hari dia menjadi pelayan keuangan
masyarakat sebagai agen Laku Pandai.
Profesinya sebagai guru membuat
Abdul Kader tak canggung melakukan sosialisasi sehingga masyarakat sekitarnya
sudah bisa bertransaksi dengan mudah dan cepat dalam membeli
tiket pesawat, membayar listrik atau
bahkan untuk sekadar mengecek saldo, tanpa harus jauh-jauh pergi ke bank.
Sementara itu, dalam menjalankan
perannya sebagai bagian dari lingkaran dunia pendidikan, guru dapat
menggerakkan pihak sekolah untuk bekerjasama dengan bank dalam memasarkan
produk tabungan Simpanan Pelajar (SimPel), mengingat produk tabungan tersebut
banyak bermanfaat bagi para siswa dalam mendorong Gerakan Nasional Menabung,
khususnya dalam mengenalkan dan menanamkan budaya menabung sejak dini.
Bermacam konten
edukasi dan informasi untuk meningkatkan literasi bisa didapatkan dari
http://sikapiuangmu.ojk.go.id.