KINERJA REKSA DANA KAMU SEDANG TURUN? NGGAK PERLU PANIK
Kondisi
pasar keuangan yang berfluktuasi pasti akan terus terjadi selama kita
berinvestasi, karena situasi tersebut merupakan bagian dari nature
siklus ekonomi. Hal yang paling penting adalah bagaimana menyiapkan langkah antisipasi dalam menghadapinya. Apa
pelajaran yang bisa dipetik dari krisis sebelumnya, what’s working and
what’s not working. Oleh karena
itu, rentang atau periode waktu investasi menjadi sangat penting sekali.
Tujuan kita berinvestasi adalah agar uang yang kita
punya nilainya bertambah dan tidak tergerus oleh angka inflasi tahunan. Selain
itu dengan berinvestasi kita dapat mencapai tujuan keuangan tertentu yang kita idam-idamkan
seperti membeli mobil, rumah, biaya ibadah haji atau untuk dana pendidikan
anak. Namun perlu kita ingat, yang namanya produk investasi tentu memiliki risiko
penurunan nilai juga. Reksa dana merupakan salah satu instrumen investasi yang
dapat digunakan mencapai tujuan keuangan. Misalnya, membeli reksa dana sebagai
instrumen investasi untuk memenuhi biaya pendidikan di masa depan yang biayanya
cenderung terus meningkat. Reksa dana dianggap lebih tepat untuk mencapai
tujuan keuangan tersebut jika dibandingkan tabungan pendidikan karena tingkat return reksa dana lebih menjanjikan. Namun, investasi
reksa dana tidak melulu bicara kenaikan nilai tetapi akan ada momen dimana
nilai produk reksa dana akan turun mengikuti kondisi pasar yang ada.
Sebagian
dari kita biasanya panik ketika melihat nilai negatif atau minus dalam portofolio reksa dana kita. Jika Nilai Aktiva Bersih
(NAB), yang mencerminkan harga suatu produk reksa dana terus mengalami
penurunan dalam suatu periode tertentu, apa yang harus Sobat Sikapi lakukan sebagai investor?
Setidaknya ada sejumlah strategi yang perlu
dilakukan, berikut penjelasannya:
1. Cek Lagi Tujuan
Keuangan
Kenapa?
Karena tujuan keuangan seseorang menentukan instrumen yang dipilih, reksa dana
apa yang dibeli dan dijual serta tingkat risikonya. Tujuan keuangan menentukan jangka
waktu investasi yang akan dipilih, bisa 1 bulan, 5 tahun atau bahkan 20 tahun.
Misalnya,
apabila tujuan keuangannya adalah menyiapkan dana pendidikan kuliah anak dan
akan dibutuhkan dalam waktu 10 tahun lagi, maka gejolak naik turunnya nilai reksa
dana bukanlah sesuatu yang perlu dicemaskan.
Dalam waktu 1 atau 2 tahun, fluktuasi nilai reksa dana biasanya sudah
pulih kembali. Terkadang setelah terjadinya gejolak pasar bisa membuat nilai
reksa dana menjadi lebih tinggi dari harga sebelumnya.
Tapi,
jika tujuan keuangan adalah untuk memenuhi Down Payment (DP)
rumah secara KPR yang perlu dibayarkan dalam 1 bulan lagi, maka Sobat Sikapi perlu
mempertimbangkan untuk melakukan langkah antisipasi.
2. Switching
ke
Jenis Produk Reksa Dana lain
Pilihan
ini bisa diambil jika dana investasimu akan digunakan dalam waktu kurang dari setahun.
Misalkan saat ini Sobat Sikapi sedang
berinvestasi di produk reksa dana saham dengan portofolio yang memiliki potensi
kerugian (unrealized loss) yang belum terealisasi sekitar 5%, namun dana
tersebut akan dicairkan dalam waktu 6 bulan ke depan.
Maka
demi mengoptimalkan waktu tersisa tersebut, lebih baik lakukan pemindahan (switching) ke produk reksa dana yang
lebih minim risiko seperti reksa dana pendapatan tetap atau reksa dana pasar
uang. Sebelum switching produk
tersebut, Sobat Sikapi sebagai investor harus melakukan analisis terlebih
dahulu terhadap beberapa produk reksa dana dengan kinerja yang lebih baik
dibandingkan yang saat ini dimiliki.
3. Menambah Investasi
Pilihan
ini bisa diambil jika tujuan investasimu masih panjang, misalkan di atas 3
tahun. Sebagai contoh, ada seorang investor yang berinvestasi di produk reksa dana
dengan nominal investasi Rp10 juta. Adapun rincian portofolio investasinya saat
ini memiliki NAB per unit Rp2.000 dengan jumlah unit yang dimiliki sebanyak
5.000 unit. Adapun nilai pasar NAB per unit saat ini Rp1.500. Artinya, jika
ditotal nilai investasinya saat ini adalah senilai Rp7,5 juta atau investor ini
sudah mengalami kerugian yang belum terealisasi (unrealized loss)
sebesar Rp2,5 juta atau sekitar 25%.
Dalam
posisi ini, investor dapat menambah nilai investasi pada saat nilai pasar
sedang turun (NAB per unit Rp1.500). Misalkan dia menambah investasi dengan
nominal Rp5 juta maka akan mendapat 3.333,33 unit. Dengan transaksi ini maka
total modal investasinya adalah Rp15 juta dan portofolio investasinya berubah
menjadi 8.333,33 unit dengan NAB per unitnya Rp1.800. Dengan transaksi terakhir
ini maka investor dapat meminimalisir kerugian yang belum terealisasi (unrealized
loss) menjadi 16,67%.
Metode
seperti ini biasanya dipilih investor saat menghadapi krisis ekonomi seperti
saat krisis ekonomi tahun 1998 dan 2008. Saat itu banyak cerita investor yang
menambah nilai investasinya pada masa krisis tersebut dan beberapa tahun
setelahnya saat keadaan pasar mulai membaik, investor mulai menuai keuntungan.
4. Kontrol Pengeluaran
dan Lebih Hemat
Ketika
kondisi ekonomi sedang memburuk, sangat penting bagi Sobat Sikapi untuk bisa
mengelola keuangan dengan lebih ketat lagi. Hal ini sangat penting, mengingat Sobat
Sikapi bisa saja mengalami sejumlah kerugian atas investasi yang dimiliki saat
ini.
Jangan
lupa untuk melakukan penghematan dalam pengeluaran agar uang yang keluar lebih
terkontrol dan Sobat Sikapi dapat menyisihkan sebagian dana tersebut untuk
berbagai kebutuhan lainnya yang mungkin lebih mendesak. Bukan hanya itu, namun
bisa saja Sobat Sikapi sedang tidak dapat mencairkan investasi karena nilainya
sedang turun (berpotensi rugi). Sementara kebutuhan dalam waktu dekat cukup
mendesak, misalnya dana pendidikan anak, dana DP rumah, dan kebutuhan mendesak lainnya.
Hal seperti ini dapat diatasi dengan adanya dana cadangan/tabungan yang dimiliki,
yang tentu saja akan bertambah jumlahnya jika bisa berhemat dan mengatur
pengeluaran dengan tepat.
5. Cut
Loss
Pilihan
terakhir yang harus diambil adalah cut loss, istilah yang digunakan ketika kita menjual investasi dalam hal
ini reksa dana pada harga yang lebih rendah dari harga belinya sehingga kita
mengalami kerugian (loss). Alasan ini
diambil jika dana investasi memang harus digunakan dalam waktu kurang dari
sebulan. Pilihan ini diambil dengan asumsi agar kerugian kita tidak semakin
besar jika dicairkan di kemudian hari.
Nah Sobat Sikapi, begitulah
beberapa strategi menghadapi situasi harga investasi reksa dana yang kurang
bersahabat. Yang paling penting, jangan terburu-buru menjual, apalagi
menjual dengan panik. Pastikan dulu tujuan keuangan Sobat Sikapi.
Kenali
investasi reksa dana sejak awal, termasuk semua risiko yang ada di dalamnya
sehingga lebih paham dan bisa mengambil keputusan yang tepat jika sewaktu-waktu
harganya mengalami penurunan di pasaran.