JANGAN SAMPAI TERGODA BELANJA KARENA LAPAR MATA? ITU NAMANYA PEMBELIAN IMPULSIF
Artikel:
Kamis, 10 Desember 2021
Pernahkah
Sobat membeli sesuatu barang hanya karena ‘lapar mata’? Misalnya ketika pergi
ke minimarket untuk membeli sabun mandi dan pasta gigi yang habis di rumah,
Sobat malah tidak sengaja berkunjung ke rak makanan ringan lalu memutuskan
membeli snack
dan coklat dengan potongan harga yang menggiurkan. Akhirnya
Sobat pulang ke rumah malah membeli barang lebih banyak daripada yang
dibutuhkan yaitu membeli tambahan belanjaan berupa makanan ringan karena
tergiur promo. Adakalanya saat melihat banyak barang, kita merasa tergoda untuk
berbelanja karena timbul rasa penasaran, atau rasa takut menyesal jika tidak
memanfaatkan promo dan potongan harga yang ditawarkan. Padahal kita tidak
benar-benar membutuhkan barang tersebut, alhasil kita memutuskan untuk membeli
produk atau jasa secara tidak terencana. Keputusan yang terjadi secara tiba-tiba
tersebut dinamakan impulsive buying (pembelian impulsif).
Pada dasarnya
impulsif merupakan hal yang manusiawi, namun jika pembelian impulsif menjadi
sebuah kebiasaan tentunya hal ini akan merugikan kondisi kesehatan keuangan
Sobat. Permasalahannya adalah seseorang yang gemar melakukan pembelian
impulsif terletak pada dirinya sendiri, bukan terjadi atas kesalahan orang
lain. Sobat tidak dapat menyalahkan pihak pemasaran yang melakukan
promosi, pembelian impulsif tidak akan terjadi jika Sobat memiliki pengendalian
diri dan perencanaan keuangan yang baik. Berikut adalah beberapa tips untuk
menghindari godaan diri menghadapi pembelian impulsif:
1. Lakukanlah
perencanaan keuangan yang matang dan baik untuk mencapai tujuan keuangan yang
diinginkan.
2. Bedakan antara
pengeluaran yang sifatnya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan agar tidak
terjebak oleh promo.
3. Bijak dalam
memanfaatkan produk keuangan ketika berbelanja, jangan sampai tergoda fasilitas
yang diberikan dari produk penyedia jasa keuangan tetapi malah berakibat pada
pemborosan (misalnya kemudahan cicilan kartu kredit, pay later, dan
lainnya)
Sebagai
acuan dalam perencanaan keuangan, Sobat dapat menyisihkan
pendapatan yang diperoleh kedalam beberapa pos anggaran misalnya 10% untuk dana
sosial, minimal 20% untuk diinvestasikan, dan maksimal 30% untuk membayar
cicilan utang. Kemudian sisa 40% dapat dihabiskan untuk membiayai
kebutuhan sehari-hari. Dalam ilmu perencanaan keuangan menyisihkan anggaran
lebih baik daripada menyisakan. Prinsip menyisihkan penghasilan sesuai alokasi
anggaran adalah lebih baik dari pada membelanjakan seluruh penghasilan dengan
berharap akan ada sisa dana untuk ditabung atau diinvestasikan. Pada
kenyataannya, seringkali penghasilan akan habis tanpa sisa untuk diinvestasikan
atau ditabung. Selain itu, memiliki keinginan merupakan suatu hal yang wajar
dalam kehidupan sebagai seorang manusia, namun dalam kondisi keuangan yang
terbatas sebaiknya perlu menetapkan skala prioritas tentang kebutuhan yang
lebih penting untuk mencapai tujuan keuangan. Bedakan antara kebutuhan dengan
keinginan, serta hindari berutang untuk membiayai keinginan yang tidak
produktif karena hanya akan menambah beban Sobat, yang pada akhirnya membuat
keadaan keuangan keluarga terpuruk, akibat besarnya cicilan utang, dan gagal untuk
mencapai tujuan keuangan.
Selain melakukan perencanaan keuangan,
Sobat juga perlu bijak dalam memanfaatkan produk keuangan dalam berbelanja.
Misalnya dalam menggunakan aplikasi pay later, ingat selalu bahwa pay
later merupakan utang sehingga Sobat harus membatasi transaksi yang
menggunakan fasilitas pay later agar tidak lebih dari 30% penghasilan
Sobat. Selanjutnya adalah bijak dalam menggunakan kartu kredit. Seringkali
kemudahan yang ditawarkan kartu kredit membuat Sobat semakin sering melakukan
pembelian impulsif. Perlu Sobat ingat bahwa setiap kartu kredit memiliki limit
atau batas transaksi, jika transaksi kartu kredit Sobat melebihi limit
yang telah ditetapkan maka Sobat perlu membayar biaya kelebihan dimaksud
atau over limit.
Selain itu, memanfaatkan fasilitas
dari kartu kredit yang telah diaktivasi juga terdapat biaya tahunan atau annual fee yaitu biaya umum
yang wajib dibayarkan oleh pengguna kartu kredit. Besaran biaya tahunan ini
berbeda untuk setiap bank penerbit dan tentunya jenis kartu, seperti classic, gold, platinum, dan seterusnya. Semuanya
tergantung dari kebijakan setiap bank penerbit kartu, karena umumnya semakin
lengkap fitur kartu kredit dan semakin tinggi batas maksimal transaksinya maka
biaya tahunannya akan semakin mahal. Umumnya biaya tahunan dibebankan ke
dalam tagihan pertama nasabah ataupun setelah penggunaan kartu kredit
selama 1 (satu) tahun. Selain itu, ada pula kartu kredit yang bebas
biaya/iuran tahunan, namun biasanya memiliki ketentuan tertentu seperti fitur
yang terbatas atau adanya minimal transaksi per bulannya. Untuk itu Sobat perlu
bijak dalam memiliki kartu kredit. Agar kemudahan yang ditawarkan kartu kredit
dapat membantu Sobat dan tidak menimbulkan kebiasaan pembelian impulsif.
Itulah penjelasan mengenai pembelian
impulsif, sekarang Sobat sudah lebih paham mengenai apa itu pembelian impulsif
dan bagaimana tips untuk menghindarinya. Jadi jangan sampai ‘lapar mata’ lagi
ya Sobat selain tidak bagus untuk kondisi kesehatan keuangan juga bisa
mengganggu mencapai tujuan keuangan!
Referensi:
https://www.finansialku.com/impulsive-buying-pembelian-impulsif-solusinya/
https://www.cermati.com/artikel/12-biaya-kartu-kredit-yang-perlu-anda-ketahui
Buku Perencanaan Keuangan bagi Calon
Pengantin https://bit.ly/BukuCalonPengantin