Kontak | Indonesia | English | Masuk

Beranda > Tips Keuangan > Artikel Tips Keuangan > Diderot Effect: Jangan Terbiasa Membeli Apa Yang Tidak Kamu Butuhkan!

Share

DIDEROT EFFECT: JANGAN TERBIASA MEMBELI APA YANG TIDAK KAMU BUTUHKAN!



Hai, Sobat Sikapi! Setuju kan ya kalau manusia itu punya banyak keinginan? Nahh karena keinginan yang kadang tak terbendung ini, kita jadi sering banget terdorong membeli apa yang nggak kita butuhkan dan kebiasaan ini menjadi berulang-ulang deh. Padahal sebagai pelaku ekonomi kita sadar bahwa budget constraint yang kita miliki sangat terbatas. Nah, fenomena overconsumption yang dilakukan manusia modern saat ini sebenarnya bukanlah hal yang baru Sobat! Sebab sejak abad ke-18, seorang filsuf dari Perancis bernama Denis Diderot menyadari fenomena tersebut dari pengalamannya sendiri dan kebiasaan hidup bangsawan di masa itu.

Denis Diderot melalui esainya[1] menjelaskan bahwa suatu saat ia pernah hidup sangat miskin. Pada suatu waktu, masalah keuangan Diderot sampai ke telinga Catherine, seorang ratu dari Rusia yang ingin membantunya dengan menawarkan pembelian Perpustakaan Diderot seharga £1000. Setelah keberuntungannya mendapatkan sejumlah uang dari hasil penjualan perpustakaan tersebut, Diderot menerima sebuah mantel sutra berwarna merah tua yang baru dan mewah. Menyadari keindahan dan kemewahan mantel yang tidak cocok dengan barang-barang bobrok di rumahnya, maka Diderot tergerak membeli perabotan baru agar sesuai dengan keindahan gaun tersebut. Perubahan dimulai dari kursi kulit jerami yang diganti dengan sofa elegan berlapis kulit dari Maroko, meja tulis rongsok diganti dengan meja tulis baru, hingga mengganti alat cetak yang lebih canggih. Ketika semua perabotan sudah diganti, Diderot baru merasa mantel tersebut berada di tempat yang tepat. Namun ketika semua sudah terwujud, Diderot baru menyadari uangnya habis dan ia pun jatuh miskin kembali.

Nahhh… Sobat bisa belajar dari kejadian tersebut karena pembelian secara reaktif dan sikap borosnya tersebut yang kemudian disebut sebagai Diderot Effect. Secara sederhana, Diderot Effect dapat didefinisikan proses spiralling consumption/ snowball effect yang dihasilkan dari kepemilikan seseorang terhadap barang baru.

Dalam kehidupan sekarang banyak sekali contoh Diderot Effect di sekitar kita, sebagai contoh pasti kamu pernah membeli baju baru, tetapi kemudian kamu merasa bahwa tidak ada sepatu yang cocok dengan bajumu tersebut sehingga kamu perlu membeli sepatu baru yang sesuai. Contoh lain, ketika Sobat membeli sofa dengan harga promo, kamu baru menyadari bahwa interior ruang tamu ternyata tidak cocok dengan sofa tersebut sehingga menyebabkan Sobat merenovasi ruang tamu yang mungkin masih bagus. Selain itu, fenomena Diderot Effect ini juga sering dimanfaatkan berbagai macam perusahaan dalam menarik perhatian orang untuk membeli tidak hanya satu produk, tetapi lebih dari satu produk atau satu set misalnya penawaran paket display room yang terdiri dari sofa, meja tamu, meja TV, dan lampu yang sering ditawarkan oleh perusahaan furnitur. Sekarang kalian baru sadar kan Sobat!

Lalu, pertanyaannya sekarang adalah bagaimana mengatasi Diderot Effect (yang mungkin nggak kita sadari) dan bagaimana menghindari pola hidup konsumerisme tersebut?


1. Selalu waspada terhadap snowball effect!

Setiap transaksi pembelian yang kamu lakukan, selalu pikirkan apakah pembelian tersebut akan menyebabkan snowball effect kepada pembelian yang lain sebagai contoh jika kamu membeli gadget mewah tertentu pikirkan apakah kamu akan berakhir membeli aksesoris lainnya yang hanya compatible dan eksklusif untuk gadget tersebut. Jika iya, apakah kamu benar-benar memiliki dana yang cukup untuk mengantisipasi hal tersebut. Dengan begitu, kamu akan terbiasa untuk menghindari Diderot Effect yang sering dialami tanpa kita sadari!



2. Analisa dan prediksi potensi biaya yang timbul dari pembelian hari ini.

Ketika kita mendapatkan penawaran menarik atau diskon pada saat ini, biasakan untuk melakukan analisa dan prediksi potensi biaya yang timbul sebagai akibat dari pembelian kamu tersebut. Diskon 30% hari ini tidak berarti kamu saving 30% dari dana kamu, justru mungkin kamu akan spending 70% terhadap barang yang ternyata kamu tidak butuhkan ditambah biaya lain jika ada efek spiralling consumption dari pembelian kamu hari ini. Jadi, hitung biaya yang timbul saat ini dan biaya yang timbul dari Diderot Effect yang mungkin muncul.



3. Belilah barang berdasarkan kegunaannya dan jangan hanya karena status dan gengsi.

Ini penting nih Sobat, pastikan ketika membeli barang, kamu benar-benar membutuhkan barang tersebut telah memenuhi skala prioritas. Sebelum membeli, kamu dapat menanyakan kepada diri kamu apakah kegunaan barang tersebut terhadap hidup kamu, apakah kamu telah memiliki barang dengan kegunaan tersebut, seberapa besar urgensinya kamu harus menganti barang lama dengan barang baru tersebut, serta apakah harga brand tertentu sesuai dengan kegunaannya dan dompet kamu. Dengan demikian, kamu akan terbiasa deh untuk membeli berdasarkan kegunaan dan bukan karena status atau gengsi semata.



Sumber:

Diderot, Denis. 1769. Regrets for my Old Dressing Gown. Retrieved from https://www.marxists.org/reference/archive/diderot/1769/regrets.htm

Becker, Joshua. Understanding the Diderot Effect (and How To Overcome It). Accessed on 21 July 2020 from https://www.becomingminimalist.com/diderot/

Bright, Ian. 2020. What is the Diderot effect? Accessed on 21 July 2020 from https://think.ing.com/articles/what-is-the-diderot-effect/

Chew, Louis. 2018. The dangerous social cycle that makes us buy things we don’t need. Access on 22 July 2020 from https://qz.com/quartzy/1222581/the-dangerous-social-cycle-that-makes-us-buy-things-we-dont-need/

Clear, James. 2015. The Diderot Effect: Why We Want Things We Don’t Need — And What to Do About It. Accessed on 22 July 2020 from https://jamesclear.com/diderot-effect

Kennedy, E, S. 2019. Diderot Effect: Membeli Sesuatu yang Tidak Dibutuhkan Lagi dan Lagi. Accessed on 22 July 2020 from https://tirto.id/diderot-effect-membeli-sesuatu-yang-tidak-dibutuhkan-lagi-dan-lagi-dd8R

Rating

Senang
96%
Puas
4%
Menginspirasi
1%
Tidak Peduli
0%

Daftar Perusahaan Fintech Lending Yang Berizin dan Terdaftar di OJK per 24 Mei 2021

Selengkapnya >>

v